1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

'Indiana Jones' Indonesia Jadi Role Model Barbie

8 Maret 2022

Sejak kecil membayangkan diri berpetualang, Butet Manurung telah banyak membantu pendidikan kaum marginal dan mereka yang di pedalaman. Kini ia jadi model panutan Barbie.

https://p.dw.com/p/4880X
Butet sebagai Barbie Role Model 2022
Butet Manurung sebagai Barbie Role Model 2022Foto: Mattel

Saat dihubungi Barbie Indonesia dari grup Mattel, sekitar bulan Oktober-November lalu, bayangan Saur Marlina Manurung (Butet Manurung) atas Barbie, adalah boneka-boneka edisi awal Barbie di masa ia kecil atau remaja. Oleh sebab itu dia sempat tertawa dan menolak ketika ingin dijadikan role model Barbie: "Awalnya saya sebenarnya tidak berminat, karena saya jauh dari kesan itu, dan sebetulnya belum menangkap apa tujuan dari Barbie itu," ucap Butet.

Lalu suami dan kawannya menyampaikan perspektif berbeda. "Barbie sekarang bertransformasi dan melihat perempuan lebih holistik. Kemudian, saya ingin mencobanya, akhirnya saya setuju menjadi role model Barbie," kata Butet yang saat dihubungi tim Mattel masih berada di Australia, karena tertahan pandemi COVID-19.

Menurutnya tawaran menjadi model panutan atau role model Barbie cukup menarik karena ia bisa memotivasi para perempuan muda untuk menjadi diri sendiri: "Bebas menentukan bajunya, rambutnya dan lain-lain. Tujuannya, benar-benar membebaskan, walaupun temanya untuk menginspirasi perempuan muda di dunia, untuk menjadi diri sendiri dan tidak takut  melihat batasan-batasan seperti itu, tanpa batas. Jadi saya pikir hal itu mirip dengan yang saya lalui, sepanjang hidup saya, untuk jadi diri sendiri," tekan Butet.

"Tidak ada yang bisa kita andalkan, kecuali diri sendiri. Itu justru hal terbesarnya, karena kita sering menyalahkan hal-hal di luar kita atau permisif, mislanya: Oh orang tua saya tidak setuju atau oh saya kan tidak kuat, tidak berani, tidak pintar, hal-hal seperti itu. Jadi sebetulnya kita menyalahkan hal di luar kita, harusnya dari diri sendiri. Jadi saya pikir, barangkali saya bisa yang memperkaya contoh dari yang tidak biasa atau yang dianggap penuh batasan, dan saya bisa seperti itu. Itulah yang membuat saya ingin, setuju dan ingin bisa berkiprah juga dan terlibat dengan program Barbie," tandas aktivis pendidikan ini.

Libatkan otot dan hati dalam bekerja

Sebagai role model Barbie, Butet Manurung ingin berbagi pengalaman dengan para perempuan muda terutamandalam mengejar cita-cita dari masa kecil. "Saya pikir tidak semua orang seberuntung itu. Dan saya sangat persisten, dari kecil saya ingin menjadi "Indiana Jones” ala saya. Dia membantu masyarakat di pedalaman, melakukan hobinya berpetualang. Saya terkadang mendefinisikan suatu pekerjaan yang keren adalah melibatkan otot dan hati, seperti itu. Tetapi saya ingin juga menyampaikan kepada perempuan muda, tentu kamu harus menjadi diri sendiri, tetapi alangkah baiknya kalau itu bisa bermanfaat buat orang lain," ujar pendiri Sokola Institute ini.

Menurut Butet,  jika orang mencintai pekerjaannya, apa yang dilakukan otomatis bisa memberi manfaat sama orang. "Karena, kita bahagia, jadi kita mau bagaimana  supaya orang-orang bahagia juga. Orang selalu bilang inginnmencari identitas. Kalau menurut saya, dia (perempuan muda) ingin dikuatkan saja, karena identitas itu pasti sudah ada, hanya perlu dikuatkan dari sekitarnya, dari dirinya sendiri, lebih banyak kepada membentuk kekuatan atau membentuk kepercayaan diri ketimbang membentuk karakter," kata Butet.

Sedari umur sembilan tahun, Butet sudah membuat perpustakaan yang berisi buku-buku petualangan." Saya sudah menargetkan apa yang saya suka, menonton film seperti apa, mau masuk pencinta alam naik gunung, panjat dinding, begini-begini segala macam, nanti saya masuk antropologi, jalan-jalan, keliling-keliling ke pedalaman, saya bisa kasih sesuatu. Walaupun saya tidak mengetahui dulu itu mau menjadi guru," tandasnya.

Butet Manurung bekerja tanpa batas
Butet Manurung pergi ke berbagai pelosok membantu pendidikan mereka yang di pedalaman.Foto: Roy Rubianto/Jiwa Foto/ZUMA Wire/imago images

Selalu rendah hati

Sebagai pendiri Sokola Instute, Butet ingin Indonesia punya kebijakan pendidikan yang lebih berpihak kepada masyarakat-masyarakat yang marginal dan di pedalaman, yang sebetulnya membantu kita menjaga bumi, "Kemudian saya juga ingin lewat Sokola Institute, metode kita dipakai untuk para mahasiswa atau para orang-orang muda yang sering turun ke lapangan, untuk mau rendah hati belajar dari mereka. Saya ingin membangun semangat relawan, dan saya belajar dari murid saya di rimba, kalau mereka sebetulnya jadi guru saya, ketimbang saya yang jadi guru mereka," pungkas aktivis perempuan yang ingin melanjutkan studi doktoralnya di Belanda ini.

Sementara itu di ibu kota Jakarta,  Lilian Mansyur, seorang ibu dari anak perempuan berusia lima tahun, Ananta, suda tak sabar untuk mendapatkan boneka Barbie dengan Butet sebagai role model. "Aku ingin anak perempuanku menjadi manusia bebas dan merdeka, serta bisa berguna bukan hanya untuk keluarga tapi juga bagi orang lain, seperti Butet," ujarya.

Dalam potret Barbie, Butet Manurung ditampilkan mengenakan kemben berwarna merah yang dipadukan dengan kain tradisional berwarna hitam. Busana Indonesia itu dilengkapi kalung dari biji asoka. Sementara rambutnya yang hitam panjang digulungl ke atas.

Kampanye 12 Barbie's Global Role Models dibuat sebagai bagian dari perayaan Hari Perempuan Internasional setiap 8 Maret. Kampanye ini diharapkan menginspirasi para perempuan di seluruh dunia.

Lewat situs resminya, Barbie menyebutkan bahwa 12 Barbie's Global Role Models didedikasikan untuk membantu membangun kepercayaan diri dan memperkuat potensi tak terbatas dari para perempuan di mana pun mereka berada.

Barbie Role Model 2022
Butet Manurung (ke3 dari kiri) bersama model panutan Barbie 2022 lainnyaFoto: Mattel

Selain Butet Manurung, perempuan lain yang terpilih adalah Shonda Rhimes, pendiri perusahaan produksi acara televisi Shondaland dari Amerika Serikat; Ari Horie, pendiri dan CEO Women's Startup Lab and Women's Startup Lab Impact Foundation dari Amerika Serikat/Jepang; Pat McGrath, makeup artist dan pendiri Pat McGrath Labs dari Inggris. Lalu ada Melissa Sariffodeen CEO dan co-founder Canada Learning Code and Ladies Learning Code dari Kanada; Adriana Azuara, pendiri All4Spas dari Meksiko; Doani Emanuela Bertain, guru dan pendiri Sala 8; Jane Martino, pendiri Smiling Mind dari Australia; perancang busana Lan Yu dari Cina; Sonia Peronaci, pendiri situs makanan Italia GialloZafferano; Tijen Onaran, pendiri dan CEO Global Digital Women and CoFounder of ACI Diversity Consulting dari Jerman; serta Lena Mahfouf krator digital dan penulis Always More dari Prancis. (hp)