1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaGlobal

Pernyataan Anti LGBTQ Qatar Picu Kecaman

10 November 2022

Pernyataan Duta Piala Dunia, Khalid Salman yang anti LGBTQ jelang pembukaan acara internasional itu picu banyak kecaman. Kini marak tuntutan untuk terapkan “peringatan perjalanan“ ke Qatar bahkan boikot Piala Dunia.

https://p.dw.com/p/4JFgX
Qatar siap jadi tuan rumah Piala Dunia 2022
Qatar siap jadi tuan rumah Piala Dunia 2022, walau hadapi banyak kritikFoto: JEWEL SAMAD/AFP/Getty Images

Kontroversi terkait gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar terus marak. Paling anyar menyangkut pernyataan Duta Piala Dunia, Khalid Salman yang mengatakan, homoseksualitas adalah 'kerusakan dalam pikiran' dan 'kerusakan spiritual dan "haram" di negara emirat yang mayoritasnya Muslim.

Pernyataan mantan pemain sepak bola nasional Qatar itu langsung memicu reaksi, berupa kecaman keras dan seruan untuk menerapkan "travel warning". Sejumlah aktivis LGBTQ lainnya bahkan meminta pemboikotan turnamen sepak bola internasional itu. Sebelumnya sejumah aktivis LGBTQ juga menggelar aksi protes di depan markas FIFA di Zurich terkait isu yang sama.

Kritik atas situasi hak asasi manusia

Qatar yang terpilih jadi tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak awal terus dihujani kritik terkait situasi hak asasi manusia di negara kecil Timur Tengah itu.

Organisasi pembela hak asasi, Human Rights Watch (HRW) menyatakan tidak merasa terkejut atas pernyataan Khalid Salman yang disiarkan dalam sebuah acara televisi kanal dua Jerman ZDF. "Qatar bukan negara hukum. Ada risiko besar bagi kaum homoseksual untuk dipersekusi", ujar Wenzel Michalski, direktur HRW Jeman.

Laporan HRW pada Oktober 2022, menyebutkan otoritas Qatar antara 2019 hingga 2022 menangkap secara sewenang-wenang dan melakukan penganiayaan sedikitnya 6 orang "queer". Pemerintah Qatar sudah menyampaikan bantahan terkait laporan HRW itu kepada kantor berita AFP.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Jerman, Nancy Faeser menyebutkan, pernyataan semacam itu tentu saja sangat menakutkan. "Ini sebabnya kami terus bekerja, agar kondisi di Qatar secara perspektif juga membaik", ujar Faeser. Sekitar seminggu yang lalu, Mendagri Jerman yang juga membawahi masalah olahraga itu khusus datang ke Qatar, untuk mendapat jaminan keamanan bagi semua fans sepak bola yang datang.

Christian Rudolph yang menjadi tokoh kontak keberagaman gender dalam liga sepak bola Jerman mengritik pernyataan menteri Faeser itu. "Qatar mana yang Nancy Faeser kunjungi?", tanya dia. Juga anggota komisi olahraga Bayern München, Hasan Salihamidzic mengitik tajam pernyataan Duta Piala Dunia terkait LGBTQ itu. "Pernyataan itu bukan yang kami harapkan sebagai panutan. Ini sangat tidak bisa diterima”, ujar Salihamidzic.

Pembaca Berita Transgender Pertama di Bangladesh

FIFA bersikap lunak

FIFA memilih bersikap "lebih lunak" di saat kritik terus marak. Presiden FIFA, Gianni Infantino dan Sekretari Jenderal Fatma Samoura dalam suratnya kepada 32 tim Piala Dunia menulis: "Sekarang kita fokus pada sepak bola". Samoura menandaskan, Piala Dunia adalah festival sepak bola. "Tidak peduli apa ras, agama, sosial dan orientasi seksual, Anda akan diterima di Qatar”, ujar sekjen FIFA itu.

Penyelenggara Piala Dunia di Qatar juga membela hak hukum negaranya. Awal pekan ini Qatar menyebutkan, berbagai kritik terhadap anggota Uni Emirat Arab itu adalah kampanye buruk menjelang turnamen akbar tsb.

Organisasi pembela hak asasi Amnesty International mengritik tajam FIFA, dan menyerukan agar organisasi sepak- bola itu menanggapi isu hak asasi manusia lebih serius lagi. "Jika Gianni Infantino menghendaki dunia untuk fokus pada sepak bola, ada solusi sangat simple. FIFA harus menangani masalah hak asasi lebih serius, ketimbang menutupinya ibarat menyapu sampah ke bawah karpet”, kata Steve Cockburn, pimpinan bidang keadilan sosial dan ekonomi Amnesty.

as/pkp  (AP/AFP/DPA)