1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penelitian Kanker Darah Penyakit yang Diderita Ani Yudhoyono

13 Februari 2019

Ani Yudhoyono, istri mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sakit kanker darah. Bagaimana perkembangan metode peneliti untuk penyembuhan jenis penyakit ini?

https://p.dw.com/p/3DHR3
Indonesien Susilo Bambang Yudhoyono mit Ehefrau Ani Yudhoyono
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry

Dalam keterangan resmi melalui video yang diunggah di Youtube, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberitahukan bahwa istrinya, Ani Yudhoyono, menderita kanker darah dan menjalani perawatan kesehatan di sebuah rumah sakit di National University Hospital NUH di Singapura, sejak tanggal 2 Februari lalu.

"Dengan rasa prihatin saya sampaikan kepada para sahabat di tanah air, Ibu Ani mengalami blood cancer atau kanker darah, dan kerenanya kharus menjalani pengobatan dan perawatan yang intensif," papar SBY.

Dalam video itu, Yudhoyono mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo,  tim dokter kepresidenan, sahabat dan kepada semua pihak yang mendoakan dan memberikan dukungan:

"Saya mengucapkan terima kasih pada Presiden Jokowi dan tim dokter kepresidenan atas perhatian yang diberikan dalam pengobatan Ibu Ani," ujar SBY saat berbicara seputar penyakit yang diderita istrinya.

Kanker darah disebut juga leukimia. Penyakit ini dapat mempengaruhi sumsum tulang yang bertanggung jawab atas formasi sel darah putih yang sehat. Leukimia memicu produksi sel darah putih yang tidak berkembang sehingga terjadi pendarahan, memar, kelelahan dan beresiko lebih besar terkena infeksi.

Ilmuwan terus kembangan metode penyembukan kanker darah

Untuk bisa membantu untuk mengobati leukemia, peneliti di Jerman mengembangkan bahan sintetis yang memungkinkan penggandaan sel-sel induk dalam darah. Sel-sel induk darah hanya dapat berkembang dalam sumsum tulang. Di sini mereka berubah menjadi berbagai jenis sel darah yang diperlukan oleh tubuh, termasuk sel darah merah dan putih - yang mengangkut oksigen dan memerangi penyakit. Selama bertahun-tahun, para peneliti di seluruh dunia telah mencoba berbagai cara untuk meniru sumsum tulang belakang.

Kini peneliti di Institut Teknologi Karlsruhe, Max Planck Institute for Intelligent Systems dan Universitas Eberhard Karls Tübingen mengatakan bahwa mereka telah merancang material berpori di mana sel-sel induk darah dapat berkembang biak selama empat hari. Sumsum tulang alami adalah struktur yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk ditiru. Bentuk tiga dimensinya menyerupai spon dan mengandung protein yang menjembatani protein-protein yang bertengger di sel-sel induk.

Justru pori-pori ini yang menjadi tuan rumah banyak jenis sel - yang berinteraksi satu sama lain dan menghasilkan zat kimiawi - serta memungkinkan sel-sel induk darah untuk berkembang biak. "Kami berasumsi bahwa sel-sel induk ini tidak hanya merasakan komposisi kimia dari sekitarnya. Mereka bisa mungkin juga merasakan jika lingkungan mereka lembut atau keras, kasar atau halus," ujar Cornelia Lee-Thedieck, seorang peneliti di Institut Teknologi Karlsruhe.

Gunting Genetika Sembuhkan Penyakit Mematikan

Sel-sel induk dapat dipanen

Sel-sel induk darah yang sehat diperlukan untuk mengobati leukemia. Sel-sel induk dapat dipanen di laboratorium dan ditransplantasikan ke pasien. Saat ini, sel-sel induk diisolasi dari darah atau sumsum tulang dari donor yang cocok. "Memproduksi sumsum tulang buatan dan menggandakan sel induk darah adalah hal yang berpotensi menarik," ujar Martin Bornhäuser dari Universitas Rumah Sakit Dresden. "Ini akan memungkinkan dihasilkannya sel induk dalam jumlah yang cukup untuk ditransplantasikan ke pasien dewasa," tambahnya.

"Tujuan jangka panjang kami adalah untuk menciptakan struktur pada sel-sel induk darah," kata Lee-Thedieck. "Kemudian sel-sel darah tersebut berkembang biak, dan kami memanen sel induk ini dan memberikannya kepada pasien." Temuan ini merupakan aplikasi penelitian fundamental, "Kami baru saja membuat sebuah prototipe." Masih butuh setidaknya belasan tahun lagi sampai teknologi ini tersedia untuk pasien.

Dan meskipun sudah ada penemuan ini, pada kenyataannya tetap saja para ilmuwan belum mampu meniru persis sumsum tulang alami sepenuhnya, tandas Bornhäuser. "Proyek penelitian lainnya yang diterapkan akan diperlukan untuk mewujudkan ini menjadi kenyataan," katanya.

ap/ml (Youtube/ Brigitte Osterath)