1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Cina Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Lima Persen Tahun 2024

5 Maret 2024

Hampir 3.000 delegasi berkumpul setiap tahunnya untuk menghadiri Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing. Para pengamat berpendapat pertemuan politik itu untuk melihat kemungkinan langkah kebijakan selanjutnya.

https://p.dw.com/p/4dAOd
Sesi pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Aula Besar Rakyat di Beijing
Laporan kerja pertama PM Cina Li Qiang pada pertemuan tahunan NPC di BeijingFoto: Florence Lo/REUTERS

Cina telah menetapkan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5% untuk tahun 2024, menurut laporan kerja pemerintah yang dirilis pada Selasa (05/03).

Target ini mirip dengan target Beijing tahun lalu, salah satu yang terendah dalam beberapa dekade terakhir. Cina juga akan menetapkan target inflasi sebesar 3% dan mempertahankan tingkat pengangguran di negara itu di angka 5,5%.

Pada 2023, ekonomi Tiongkok telah berkembang sekitar 5,2%, tetapi angka itu bergantung pada dorongan kredit dan investasi yang dipimpin oleh negara. Beijing juga telah menghadapi krisis properti, deflasi, dan kejatuhan pasar sahamnya.

Para analis mengatakan target tahun ini akan lebih sulit dicapai dibanding tahun lalu, akibat efek fundamental yang menguntungkan dari 2022, di mana tahun itu dampak COVID di negara tersebut telah berkurang.

Krisis properti, deflasi yang semakin menukik, kejatuhan pasar saham, dan meningkatnya utang pemerintah daerah juga telah meningkatkan tekanan pada para pemimpin Cina untuk menanggapi seruan ini.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Li Qiang amati persoalan ekonomi dan peningkatan anggaran militer Cina

​​​​​​​

Perdana Menteri (PM) Cina Li Qiang menyampaikan laporan kerja perdananya kepada parlemen, yang berisi penetapan tujuan-tujuan pembangunan utama pemerintah pada bidang ekonomi dan sosial setiap tahunnya.

Kongres Rakyat Nasional (NPC) akan berfokus pada tantangan ekonomi dan keamanan negara Cina dalam pertemuan yang akan dilaksanakan selama satu minggu tersebut. Sebagian besar keputusan utamanya telah dibuat beberapa minggu sebelumnya, dalam rapat-rapat tertutup Partai Komunis.

Namun, topik-topik yang dibahas dalam pidato PM Li Qiang seolah memberikan pandangan adanya kekhawatiran dari para penguasa Negeri Tirai Bambu itu.

Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini, pidato PM Li Qiang akan dicermati dengan seksama untuk mengetahui rencana-rencana pemerintah dalam mengembalikan perekonomiannya ke jalur yang benar.

Dalam menetapkan target pertumbuhan, para pembuat kebijakan "telah mempertimbangkan kebutuhan untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan, serta mencegah dan meredakan risiko-risikonya", kata Li, seraya menambahkan bahwa Beijing berniat untuk memiliki sikap fiskal yang "proaktif" dan kebijakan moneter yang "hati-hati".

Para pengamat juga akan mengawasi pengaturan anggaran militer Cina, sehubungan dengan adanya ketegangan antara Beijing dengan Taiwan. Sementara topik-topik lainnya, kemungkinan besar akan mencakup keterbukaan Cina terhadap investasi dan reformasi negara itu.

Ambisi Kekuatan Produktif Baru

Cina akan terus mengucurkan sumber daya ke dalam inovasi teknologi dan kemajuan manufaktur, sejalan dengan dukungan penuh dari Presiden Cina Xi Jinping untuk "kekuatan produktif baru," ungkap PM Li.

Pemerintah akan mencabut semua pembatasan investasi asing di sektor manufaktur dan melonggarkan pembatasan akses pasar di industri-industri jasa seperti telekomunikasi dan layanan medis, jelas seorang perencana negara dalam sebuah laporan terpisah.

Beijing juga akan merumuskan rencana pengembangan industri-industri yang sedang berkembang, termasuk komputasi kuantum, pendataan besar-besaran, hingga kecerdasan buatan, dan akan terus berusaha mencapai swasembada teknologi.

Beberapa analis telah mengkritik fokus kebijakan pemerintah Cina terhadap manufaktur berteknologi tinggi itu, dengan mengatakan bahwa hal ini hanya akan memperburuk kelebihan kapasitas industri, memperdalam deflasi dan meningkatkan ketegangan utamanya dalam perdagangan dengan Barat.

Cina 'dengan tegas menentang' kemerdekaan Taiwan

Cina mengungkapkan "dengan tegas akan menentang" kemerdekaan Taiwan.

"Kami... dengan tegas menentang aktivitas-aktivitas separatis yang bertujuan untuk 'kemerdekaan Taiwan' dan campur tangan pihak luar," ungkap laporan pada sesi pembukaan pertemuan tahunan legislatif tersebut.

Laporan tersebut juga menambahkan bahwa Beijing akan "tegas dalam memajukan tujuan penyatuan kembali Tiongkok," dan menghilangkan penyebutan "penyatuan kembali secara damai" dari sebelumnya.

Cina berencana akan menaikkan anggaran militernya menjadi 7,2%, yakni sebesar 1,665 triliun yuan (sekitar Rp3,6 kuadriliun) tahun ini.

Anggaran pertahanan itu diawasi secara ketat oleh negara-negara tetangga Tiongkok dan juga Amerika Serikat (AS), yang waspada terhadap niat strategis Beijing dan pengembangan angkatan bersenjatanya.

Cina telah lama menganggap pulau otonom itu sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.

kp/rs (AP, AFP, Reuters, dpa)