1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IPCC: Jangan Pasrah Hadapi Kenaikan Suhu 1,5 Derajat Celsius

1 Agustus 2023

Jim Skea, yang baru diangkat sebagai kepala Panel Iklim PBB, IPCC, menolak pemberitaan bernada bombastis bahwa kenaikan suhu Bumi sebesar 1,5 derajat Celsius adalah ancaman besar terhadap kelangsungan peradaban manusia.

https://p.dw.com/p/4Uayz
James Sklar, Ketua Panel Iklim PBB, IPCC
James Sklar, Ketua Panel Iklim PBB, IPCCFoto: Melissa Walsh/IPCC/dpa/picture alliance

Ketika diwawancarai dua media Jerman akhir pekan silam, Kepala IPCC Jim Skea memperingatkan untuk tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celsius yang menjadi sasaran iklim dunia.

"Kita tidak seharusnya tenggelam dalam kedukaan atau syok,” jika temperatur global meningkat ke ambang batas tersebut, kata dia kepada kantor berita DPA dan mingguan Der Spiegel.

"Jika Anda terus-terusan mengabarkan bahwa kita dikutuk untuk punah, maka hal itu akan melumpuhkan orang dan mencegah mereka mengambil langkah penting untuk mencegah perubahan iklim.”

"Dunia belum akan berakhir jika suhu rata-rata Bumi meningkat sebanyak 1,5 derajat Celsius, imbuhnya. "Tapi kenaikan itu akan menciptakan dunia yang lebih berbahaya.”

Melampaui ambang tersebut diyakini akan mencuatkan konflik sosial, kata Skea, tapi sifatnya belum bisa dianggap sebagai ancaman eksistensial terhadap peradaban.

Hidrogen Hijau Diproduksi Tanpa Lepas Emisi

Pesan optimis kepala IPCC

Meski dunia internasional telah berkomitmen mengurangi emisi demi mencegah kenaikan suhu global, upaya yang dilakukan saat ini belum cukup untuk mencapai target tersebut, lapor IPCC.

PBB memprediksi, dunia akan melintasi batas 1,5 derajat Celsius dalam satu dekade ke depan.

James ”Jim” Skea adalah seorang ahli fisika asal Dundee, Skotlandia. Dia bekerja di Imperial College London sejak 2009 dan terlibat dalam IPCC sejak berdiri pada 1990an. 

Dia membawa pesan optimis sebagai ketua IPCC yang baru. "Setiap kebijakan yang kita ambil demi mencegah pemanasan global akan membantu,” kata dia, sembari menambahkan bahwa kebijakan ramah-iklim kini "semakin efisien dan hemat biaya.”

Menurutnya, fokus jangka pendek harus tetap memperluas elektrifikasi dengan sumber energi berkelanjutan. "Sementara untuk jangka panjang, kita mungkin tidak akan berhasil tanpa teknologi baru seperti penyimpanan CO2 di perut Bumi.”

Kebutuhan infrastruktur baru

Skea memprediksi, faktor paling sulit untuk diubah adalah gaya hidup dan kebiasaan manusia. Tidak ada seorang ilmuwan yang bisa mendiktekan bagaimana menjalankan hidup, imbuhnya.

"Sumbangsih individual adalah hal baik, tapi itu saja belum bisa membawa perubahan ke level di yang diperlukan,” kata dia. "Jika kita mau hidup lebih ramah iklim, kita membutuhkan infrastruktur baru. Orang tidak akan bersepeda jika tidak ada jalur sepeda.”

Skea juga ingin mengembangkan IPCC agar bisa menyediakan saran yang tepat guna dan terperinci untuk kelompok masyarakat atau institusi yang ingin memerangi perubahan iklim.

Kelompok-kelompok tersebut adalah ahli tata kota, pemilik lahan atau pelaku usaha. "Dengan layanan itu, kami bermitra dengan manusia dan kehidupan mereka, bukan abstraksi ilmiah. Kami harus turun ke level itu.”

Dia berharap, masa jabatannya akan memudahkan proses pembiayaan upaya adaptasi dan mitigasi yang tepat guna. "Ada cukup uang di dunia, tantangannya adalah mengalirkannya ke tempat-tempat yang tepat.”

rzn/hp (AFP, dpa)