1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahCina

Kenapa Marco Polo Tetap Relevan Hingga Masa Kini?

Cristina Burack
20 Maret 2024

Bahkan 700 tahun setelah kematiannya, warisan perjalanan Marco Polo masih dinilai relevan dalam konteks geopolitik kekinian. Siapa pelancong Italia yang pernah bersanding dengan Kublai Khan dari Kekaisaran Mongol itu?

https://p.dw.com/p/4du1i
Marco Polo
Marco Polo, penjelajah Italia yang hidup antara tahun 1254 hingga 1324Foto: Bianchetti/Leemage/picture alliance

Dunia sedang bergejolak ketika Marco Polo dilahirkan di Venezia di awal abad ke-13 Masehi. Ketika sang ayah pulang dari ekspedisi dagang di Asia pada 1271, pemuda di usia 17 tahun itu memutuskan bergabung dan pergi untuk tidak kembali. Selama 24 tahun setelahnya, Marco Polo malang melintang di sepanjang Jalur Sutera dan menempuh jarak sejauh 25.000 kilometer.

Reputasinya sebagai peziarah tesohor dari tanah Oksiden direngkuh Marco Polo saat bermukim di Cina selama 17 tahun, di mana dia memainkan peran penting di Kekaisaran Mongol di bawah Kublai Khan.

Setelah pulang ke Italia, Marco Polo meminta penulis roman Italia, Rustichello da Pisa, untuk menuliskan berita perjalanannya. Dari sana terbit buku "Il Milione," atau "Keajaiban Dunia," yang mendokumentasikan perjalanan Marco Polo hingga 1295, termasuk pengalamannya bersama kaisar Mongolia.

Il Milione dicetak dalam berbagai bahasa dan menjadi bacaan wajib kalangan atas, bangsawan, pemuka agama atau juga penjelajah samudera. Kabarnya, Christoph Kolombus pun membawa satu eksemplar dalam perjalanan ekspedisinya ke benua Amerika.

Marco Polo di Persia
Lukisan perjalanan Marco Polo melintasi PersiaFoto: akg-images/picture alliance

Kenapa Marco Polo?

Marco Polo bukan saudagar Eropa pertama yang berpergian ke Cina. Menurut Hyunhee Park, Guru Besar Sejarah Asia di City University of New York, AS, sebelumnya pedagang muslim dari Timur Tengah telah lebih dulu menjelajahi daratan Asia atau Samudera Hindia untuk mencapai Cina.

Bertentangan dengan asumsi umum saat itu, Marco Polo menggambarkan Kekaisaran Mongol sebagai sebuah peradaban tinggi dengan kota-kota yang besar dan megah. "Banyak orang Eropa yang terkejut," kata Park. "Dia bahkan sempat dianggap sebagai pembohong."

"Laporannya dianggap menyimpang dari testimoni penjelajah Eropa lain tentang Asia," kata Margaret Kim, Guru Besar Kesusasteraan Asing di National Tsung Hua University di Taiwan. "Sebelum dan sesudah Marco Polo, penulis perjalanan Eropa berusaha menggunakan kaca mata agama dan moral ketika menggambarkan tempat atau bangsa asing," ujarnya kepada DW.

"Tapi Marco Polo tidak punya pemahaman agama dan sebabnya menjelaskan secara gamblang tradisi dan kondisi geografi di benua lain. Pola pikirnya sangat duniawi."

Buku perjalanan Marco Polo
Buku perjalanan Marco Polo ikut mengisahkan pengalamannya bersama Kaisar Mongol Kublai KhanFoto: CPA Media/picture alliance

Perjalanan sarat kontroversi

Berita perjalanan Marco Polo tidak disusun dalam satu manuskrip, melainkan terdiri atas 140 catatan yang berbeda-beda. Tidak pula jelas seberapa otentik Rustichello menuliskan ulang pengalaman Marco Polo. Sejahrawan punya penilaian yang berbeda.

Kim meyakini, Marco Polo sendiri yang mendiktekan muatan dan gaya penulisan, sementara Rustichello bertanggung jawab mengawasi penggandaan dan distribusi buku. Tapi Zhang Longxi, profesor di Yenching Academy di Universitas Beijing, sebaliknya menyebut Marco Polo cuma berperan sebagai sumber informasi dan Rustichello kemungkinan telah memanipulasi penulisan buku.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

 "Dia adalah seorang penulis roman. Dia menceritakan ulang kisah Marco Polo dan kemungkinan besar ikut membubuhkan warna dan kejadian fantastis yang akan menghibur audiens di abad pertengahan, kata dia. Namun begitu, dibandingkan buku perjalanan lain pada masanya, Il Milione tergolong hanya sedikit mengandung fantasi, imbuhnya.

Minimnya informasi tenang Cina atau sumber informasi yang bisa dipercaya membuat sejumlah sejahrawan meragukan keaslian perjalanan Marco Polo. Namun kebanyakan sepakat, laporannya sedemikian akurat dan unik, sehingga mustahil hasil fabrikasi.

Relevansi masa kini

Kini, 700 tahun setelah kematiannya, Marco Polo telah sepenuhnya membumi dalam relung kultural peradaban modern. Namanya dipilih sebagai merek dagang beragam perusahaan, mulai dari mode fesyen hingga penyedia jasa pariwisata. Tapi meski cenderung dipandang sebagai saksi sejarah, Marco Polo tetap dianggap relevan dalam konteks kekinian. 

Bagi guru besar kesusastraan asing Kim, misalnya, fenomena Marco Polo menunjukkan bahwa "dunia saat ini memiliki hal-hal di luar imajinasi manusia, dalam cara dan bentuk yang bisa sangat membingungkan dan meresahkan, namun tetap harus dijalankan."

Adapun profesor Zhang menilai kisah Marco Polo sebagai sebuah peringatan di tengah ketegangan geopolitik antara Cina dan Barat, bahwa relasi kultural bisa menjembatani perbedaan. "Marco Polo menawarkan model alternatif dalam pertemuan antara Timur dan Barat, yang sangat berguna bagi dunia saat ini. Modelnya berbasis pada sikap saling memahami dan kerja sama, ketimbang rivalitas dan konflik."

rzn/as