1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu 2024: Antusias Nyoblos, WNI Datangi TPS di Jerman

Arti Ekawati | Ayu Purwaningsih | Tonggie Siregar
11 Februari 2024

WNI di Jerman antusias mencoblos pilihan mereka di Pemilu 2024 pada Sabtu (10/02). Pencoblosan langsung diselenggarakan di tiga kota di Jerman, yakni Berlin, Frankfurt, dan Hamburg.

https://p.dw.com/p/4cGK1
Kotak suara yang telah dicoblos di Berlin, Jerman
Pemilu 2024 di Jerman berlangsung pada 10 Februari 2024, lebih cepat daripada yang dilangsungkan di IndonesiaFoto: Arti Ekawati/DW

Warga Indonesia di Jerman baru saja menunaikan hak demokrasi mereka dengan mencoblos pada pemilihan umum (pemilu) 2024, Sabtu (10/02). Pemilu di luar negeri, termasuk di Jerman, memang digelar beberapa hari lebih cepat dibandingkan dengan di Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada 14 Februari.

Pada pemilu kali ini, puluhan ribu warga Indonesia yang berhak memilih dapat mencoblos baik lewat pos, maupun datang langsung ke tempat pemilihan suara. Tiga kota di Jerman yakni Berlin, Frankfurt dan Hamburg pun menjadi lokasi pencoblosan langsung. Ketiga kota ini dipilih dan terdaftar di Daftar Pemilih Tetap di Jerman karena terdapat kantor perwakilan kedutaan besar maupun konsulat jenderal.

Kenapa Pemilu digelar lebih cepat?

Meski memilih lebih cepat, surat suara yang basuk baru akan dihitung pada tanggal 14 Februari setelah berlangsungnya pemilu di Indonesia. Warga Indonesia di luar negeri memperoleh dua surat suara, yang pertama untuk memilih presiden-wakil presiden dan ynag kedua adalah memilih calon anggota DPR RI daerah pemilihan DKI Jakarta II.

"Berdasarkan UU Pemilu No.7 Tahun 2017, pemilihan di luar negeri itu bisa 9 hari lebih cepat daripada di dalam negeri. Karena pertimbangannya metode pemilihannya tidak hanya TPS (Tempat Pemungutan Suara)," ujar Roni Susman, Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Berlin, kepada DW Indonesia di sela penyelengaraan pemilu di TPS Berlin.

Di wilayah kerja PPLN Berlin terdapat 4.545 orang yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dari jumlah tersebut, sedikitnya 496 orang akan memilih lewat pos, dan 4.049 memilih langsung. Jumlah pemilih di PPLN Berlin meningkat pesat apabila dibandingkan dengan yang terdaftar pada pemilu tahun 2019 yakni sekitar 2.100 orang. 

Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, sesaat setelah memberikan suaranya di Berlin, Jerman.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, sesaat setelah memberikan suaranya di Berlin, Jerman.Foto: Arti Ekawati/DW

Wilayah kerja PPLN Berlin sendiri terdiri dari enam negara bagian Jerman, yakni Berlin, Brandenburg, Sachsen-Anhalt, Niedersachsen, Mecklenburg-Vorpommern, dan Thüringen.

Pemilih pertama: deg-degan dan seru

Di wilayah kerja PPLN berlin, sebagian besar para pemilih adalah para pemilih yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Ini berarti, banyak dari mereka baru kali pertama mencoblos dalam Pemilu 2024.

Mahendra, 25, mahasiswa Indonesia di Berlin, mengaku baru kali ini tertarik untuk ikut memilih meski pada 2019 ia juga sudah punya hak pilih.

"Yang kemarin kurang ada variasinya, sekarang pilihannya lebih banyak jadi lebih semangat milih. Pemilu saat ini lebih asyik, kemarin terlalu terbelah," ujarnya kepada DW Indonesia.

Sarah, pelajar asal Indonesia yang sedang menjalani masa Studienkolleg di Berlin, mengatakan sangat gembira bisa merasakan pertama kali mencoblos di luar negeri. "Aku lihat-lihat dulu kandidatnya, mana yang cocok untuk mimpin Indonesia,” ujarnya. Perasaan seru dan deg-degan juga dialami oleh Kalisa yang datang bersama Sarah ke tempat pemilihan umum.

Sementara Uwi, mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di kota Berlin mengatakan waktu pemilihan yang lebih awal dibandingkan di Indonesia juga membuatnya deg-degan. Meski senang bisa memilih, Uwi menyayangkan waktu pemilihan yang jatuh pada akhir pekan karena ini berarti tidak ada libur tambahan. "Kalau di Indonesia kan hari kerja ya, jadi libur," ujarnya. 

Panitia PPLN menunjukkan surat suara yang belum tercoblos kepada pemilih
Panitia PPLN menunjukkan surat suara yang belum tercoblos kepada pemilih di TPS BerlinFoto: Arti Ekawati/DW

Roni Susman, Ketua PPLN Berlin mengatakan kepada DW Indonesia bahwa ada sejumlah tantangan dalam meyakinkan para anak muda untuk ikut mencoblos. Ia mengaku bahwa awalnya, sebagian besar dari mereka bersikap apatis dan tidak menganggap pemilihan umum akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

"Kami sangat terbantu dengan keberadaan komunitas PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di setiap kota. Sejauh ini ada 6 PPI di wilayah kerja PPLN Berlin yang aktif berkomunikasi dengan kami… dan itu sangat efektif," ujar Roni.

"Yang kami tawarkan kepada mereka adalah isu-isu yang menjadi concern para diaspora. Dua kewarganegaraan, isu visa diaspora. Isu itu kami tawarkan kepada diaspora bahwa itu sebenarnya yang bisa teman-teman sampaikan ke wakil kita di legislatif yang masuk ke Senayan. Suara kita di luar negeri ini didengar oleh perwakilan kita di legislatif.”

Nyoblos di gedung pameran mobil di Frankfurt

Sementara PPLN Frankfurt menyelenggarakan pemungutan suara di Gedung Klassikstadt, yang juga menjadi tempat pameran mobil.

Dibandingkan lokasi lima tahun lalu yang di tengah kota, Gedung Klassikstadt yang ada di pinggiran dipilih, lantaran dapat menampung lebih. Gedung ini dapat menampung hingga 800-an orang. Namun, untuk mengantisipasi membludaknya massa, PPLN memberikan pembagian jam kedatangan serta mengimbau warga Indonesia dapat menggunakan hak pilihnya dengan waktu sesuai jadwal.

Sekitar 11 ribuan warga Indonesia yang berada di wilayah kerja KJRI Frankfurt, dapat memilih antara metode pos, atau mereka mencoblos langsung. Pemilih bisa menggunakan hak pilihnya di lima Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri atau TPSLN dan juga 5 TPS POS.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Surat suara lewat pos sudah dikirim sejak 13 Januari 2024 kepada 7.147 pemilih daftar pemilih tetap. Masyarakat diharapkan dapat segera mengembalikan amplop berisi surat suara untuk paling lambat diterima PPLN pada 14 Februari 2024.

Para pemilih yang datang langsung ke tempat pencoblosan dijadwalkan untuk memilih pada jam 8 pagi waktu setempat. Namun sempat terjadi keterlambatan karena masalah administrasi. Para saksi pasangan calon presinden 01, 02 dam 03 menyesalkan keteelambatan itu. 

"Di awal pencoblosan belum ada tanda tangan Ketua PPLN, maka harus menunggu dipersiapkan dulu,” kata Maudy Alvi, saksi paslon 02. Saksi paslon 01 Evy Juniati Hutasuhut menceritakan: "Kami para saksı juga telat mendapatkan daftar pemilih yang merupakan hak saksi sebelum acara dimulai,” keluhnya.  Sementara saksi paslon 03 Yanthie Sjoekoer lega masalah akhirnya segera terselesaikan.

Wilayah kerja KJRI Frankfurt, meliputi enam Bundesland di wilayah selatan Jerman, antara lain Hessen, Bayern, Saarland, Rheinland-Pfalz, Baden-Württemberg dan Nordrhein-Westfalen.

Mayoritas WNI di PPLN Hamburg nyoblos lewat pos

Untuk pertama kalinya Panitia Pemilihan Umum Luar Negeri atau PPLN Hamburg menyewa tempat karena WNI yang terdaftar di wilayah KJRI Hamburg lebih banyak dibandingkan dengan Pemilu Presiden 2019.  

Lokasi yang disewa adalah di gedung Kunstverein Hamburg, Klosterwall 23. Tidak mudah untuk mendapatkan tempat yang bisa memfasilitasi tempat pemilu. "Sebagian besar aula berkapasitas besar, seperti universitas misalnya, menolak, karena tidak mau ada kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan politik. Mau netral,” kata Dzikri Nurhabibi Nahrowi, penanggung jawab bagian sosialisasi PPLN Hamburg. 

Hampir sebagian besar, WNI di wilayah kerja KJRI Hamburg memilih untuk mengirimkan surat suara. "Perbandingan itu cukup signifikan, dari 5202 yang kita miliki 3 ribu sekian dengan pos. Sisanya TPS. Jadi hampir 60 sampai 70%. Sebetulnya metode pos, kendala ada juga. Misalnya ada WNI yang sudah menikah dengan WNA tentu nama belakang berganti, jadi di rumahnya itu menggunakan nama belakang suaminya sedangkan data yang masuk ke kami adalah nama sesuai akte lahir sehingga ketika petugas pos datang ke rumah, dia tidak menemukan nama itu di bel.  Maka suratnya kembali ke kami.” 

Terkumpul ada sekitar 8 boks surat suara yang kembali, dan masing-masing kotak memuat seratus surat suara. Namun karena proses pendataan dilakukan dengan jelas, sehingga WNI yang datang ke TPS masih bisa menggunakan surat suara itu dan mencoblos langsung. Proses verifikasi ini dinilai sebagai salah satu kendala utama pelaksanaan pemilu di luar negeri, dan ini juga yang akhirnya memakan biaya yang cukup besar.  

"Untuk pos kalau alamatnya tidak sesuai, maka ongkosnya sangat terbuang. Untuk metode pos itu cukup mahal, sekitar 4 sampai dengan 5 euro (sekitar Rp67 ribu – Rp84ribu). Jadi sangat disayangkan kalau verifikasi datanya tidak betul.  Sayangnya, tidak begitu banyak yang melakukan verifikasi kepada kami sehingga masih didapatkan adanya return to sender. Jadi surat pos yang sudah kami kirimkan ternyata pemiliknya sudah pindah rumah ataupun pindah ke kota lain. Mereka tidak melapor ke kami, ke KJRI, ataupun ke PPLN, sehingga suratnya balik lagi ke sini.” (ae/vlz)

Refity Suparman di Berlin, Yusuf Pamuncak di Hamburg turut berlontribusi dalam laporan ini.