1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu 2024: Tiga Capres Bertekad Raup Suara Penggemar Bola

John Duerden
7 Februari 2024

Kecintaan Indonesia terhadap sepak bola menarik para kandidat calon presiden dalam Pemilu 2024 untuk meraup popularitas dan suara.

https://p.dw.com/p/4c7J0
Sepak Bola Piala Asia AFC Qatar 2023, Australia lawan Indonesia
Sepak bola menjadi bagian besar dari budaya Indonesia dan berperan besar dalam Pilpres 2024Foto: AFLOSPORT/IMAGO

Pemungutan suara dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia 2024 akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari mendatang. Meskipun isu-isu utama yang diangkat adalah ekonomi, standar hidup, dan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke pulau Kalimantan, tidak satu pun dari ketiga kandidat calon presiden yang dapat mengabaikan kekuatan olahraga nasional di negara ini.

Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo tahu betul apabila setiap suara itu diperhitungkan, maka akan lebih baik jika mereka berada di sisi para penggemar sepak bola. Dengan 52% dari total 270 juta jiwa populasi Indonesia, berusia antara 18 hingga 39 tahun, olahraga ini dipandang sebagai cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan sebagian besar pemilih.

"Sepak bola adalah cara yang mudah bagi para politisi untuk terhubung dengan anak muda," kata Dex Glenniza, kepala konten jaringan podcast terbesar di Indonesia, Box2Box, kepada DW. "Banyak orang telah memanfaatkan kekuatan sepak bola Indonesia."

Menurut Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, hubungan khusus ini telah berlangsung sejak tahun 1945 saat Indonesia merdeka dari Belanda.

"Para politisi menyadari adanya potensi untuk mengasosiasikan diri mereka dengan olahraga yang sangat dekat dengan masyarakat," kata Hamid kepada DW.

Putaran pertama debat calon presiden
Ketiga calon presiden, Ganjar Pranowo (kiri), Prabowo Subianto (tengah), dan Anies Baswedan, begitu menyadari bahwa setiap suara sangat berarti.Foto: Yasuyoshi Chiba/AFP/Getty Images

Para calon presiden adu strategi

Ketiga calon presiden pada Pemilu 2024 ini telah menunjukkan bahwa ketiganya begitu menyukai olahraga ini. 

Prabowo Subianto, yang saat ini masih menjabat sebagai menteri pertahanan bahkan mendirikan Akademi Sepak Bola Garudayaksa di luar Jakarta. Bulan lalu, dia juga menjadi berita utama setelah menandatangani kerja sama dengan Akademi Aspire yang terkenal di Qatar.

"Hari ini menandai awal yang baik untuk perkembangan sepak bola Indonesia. Akademi Aspire di Qatar ini didirikan sekitar 20 tahun yang lalu, dan kami telah menyaksikan kemajuan Qatar di bidang sepak bola. Qatar juga telah sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia beberapa waktu lalu," ujar Prabowo saat itu.

Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden untuk ketiga kalinya, setelah dua kali kalah dari Presiden Indonesia saat ini Joko Widodo (Jokowi).

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Pada bulan Januari lalu, Anies Baswedan bahkan terlihat mengenakan kemeja bergaya sepak bola dan menghabiskan hampir dua jam dalam sebuah dialog yang disiarkan di televisi dengan para penggemar dan pemimpin olahraga, membahas jalannya pertandingan.

Koalisi empat partai yang dipimpinnya bahkan dikenal dengan nama "Timnas atau Tim Nasional" Anies-Imin, di mana mantan gubernur ibu kota ini juga telah berjasa dalam pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) yang berkapasitas hingga 82.000 orang dan telah resmi dibuka pada tahun 2022. Anies mungkin memiliki kredensial sepak bola yang lebih baik.

Presiden Indonesia Joko Widodo
Presiden Jokowi (kiri) belum secara eksplisit mendukung kandidat mana pun, tetapi sering terlihat bersama Prabowo Subianto dalam beberapa bulan terakhir.Foto: AFP

Mengasosiasikan diri dengan kesuksesan

Ganjar Pranowo bahkan tampil di baliho bersama dengan 30 pemain legendaris dari Persib Bandung, salah satu klub ternama di Indonesia. Selain berkampanye secara tradisional, ketiga kandidat juga memanfaatkan cara-cara yang lebih modern untuk terhubung dengan jutaan penggemarnya, termasuk melalui media sosial TikTok dan Instagram.

"Anak-anak muda lebih sering aktif di platform media sosial di mana diskusi tentang sepak bola lazim terjadi," kata Hamid. "Sebagai contoh, banyak netizen yang masih mendiskusikan tim nasional yang berhasil lolos dari babak penyisihan grup Piala Asia di Qatar untuk pertama kalinya dan kemudian kalah dari Australia di Babak 16 Besar."

Ketiga kandidat dengan tanggap turut menyampaikan ucapan selamat kepada Timnas Indonesia yang telah menorehkan sejarah persepak bolaan Indonesia.

Anies Baswedan mengungkapkan harapannya agar Indonesia meraih kemenangan, tetapi juga menuduh pemerintah terlalu fokus pada hasil jangka pendek. "Ini harus dimulai dengan pendidikan, pelatihan, dan negara harus serius. Jadi jangan sampai perhatian kita hanya pada saat pertandingan saja."

Di media sosial, Ganjar Pranowo juga mempertanyakan apakah kebobolan satu gol itu seharusnya terjadi. Sementara Prabowo Subianto menyampaikan dukungannya untuk Timnas Indonesia dan mengatakan bahwa, "kita harus mendukung dan mendoakan tim nasional kita. Apa pun hasilnya, kami akan tetap mendukung tim nasional kita."

Politisi gunakan sepak bola untuk 'tingkatkan visibilitas'

Memiliki klub bola bisa menjadi cara lain untuk meningkatkan popularitas.

"Ada kebiasaan yang berulang dalam ekosistem sepak bola Indonesia: ketika pemilik klub ingin memenangkan pemilihan, anggaran tahunan klub tiba-tiba meningkat," kata Putera Kusumatoro, penggemar bola yang berbasis di Jakarta, kepada DW.

"Ini berarti lebih banyak uang yang bisa dihabiskan untuk merekrut pemain dan pelatih top, merenovasi stadion, dan lain-lain, dengan tujuan untuk memenangkan liga dan menarik para penggemar untuk memilih sang pemilik klub," tambahnya.

Sepak bola dapat membuat siapa pun menjadi tokoh nasional.

"Pertandingan sepak bola mendapat liputan media yang luas, menawarkan para politisi sebuah platform untuk meningkatkan visibilitas mereka," kata Hamid.

"Dengan diasosiasikan dengan klub sepak bola yang sukses atau menghadiri pertandingan-pertandingan ternama, seperti yang selalu dilakukan oleh banyak politisi termasuk Presiden Jokowi, memungkinkan para politisi untuk menjangkau audiens yang luas dan menghasilkan liputan media yang positif."

Piala Dunia FIFA U17 di Indonesia
Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 tahun lalu, setelah kehilangan hak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.Foto: JUNI KRISWANTO/AFP

Penggemar sepak bola adalah sumber keuntungan besar

Ganjar Pranowo menyadari bahwa gairah nasional sebagian besar masyarakat Indonesia untuk olahraga sepak bola ini justru dapat menjadi sumber keuntungan besar bagi para politisi.

Bulan Maret tahun lalu saat menjelang krisis yang terjadi di Timur Tengah, sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar justru mendapat perlawanan dari para penggemar bola ketika dia menyerukan boikot terhadap tim Israel yang akan berpartisipasi dalam Piala Dunia U20, dengan mengatakan bahwa dia mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

Karena akibatnya beberapa hari setelah itu, badan sepak bola dunia FIFA justru mencabut keikutsertaan Indonesia dalam turnamen yang akan menjadi turnamen global pertama yang diadakan di Indonesia. Keputusan itu disambut dengan kekecewaan masyarakat, meskipun pada tahun yang sama Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17.

"Popularitas Ganjar rusak akibat kontroversi itu," kata Glenniza dari jaringan podcast Box2Box, dan menambahkan bahwa Ganjar sejak saat itu relatif lebih tenang menanggapi persoalan di bidang sepak bola, dibandingkan dengan para pesaingnya.

Hal itu ternyata masih menjadi luka yang cukup menyakitkan, sampai-sampai komedian standup Indonesia Kiky Saputri turut berbagi di media sosialnya saat dia diberitahu untuk tidak menyebutkan atau membahas Piala Dunia U20, sebelum dia tampil di depan Ganjar Pranowo.

(kp/ha)