1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialKorea Selatan

Sisi Gelap Industri Hiburan Korea Selatan

Indonesien  | Farida Indriastuti -  Blogger
Farida Indriastuti
6 Februari 2024

Kebudayaan Korea Selatan ‘membius’ penggemarnya di seluruh dunia dengan K-pop, K-drama, K-movie, namun juga menggambarkan situasi yang kritis dengan tewasnya banyak pesohor yang memilih bunuh diri.

https://p.dw.com/p/4bxmi
Aktor Korsel Lee Sun-kyun
Almarhum Lee Sun KyunFoto: Yonhap/picture alliance

Penggemar K-pop, K-drama, K-movie tentu masih berduka atas meninggalnya aktor Lee Sun Kyun, aktor berbakat yang meraih Piala Oscar dan pernah membintangi film "Parasite”. Tewasnya Lee diduga karena bunuh diri pada Desember 2023. Industri hiburan Korea Selatan dengan tokoh seni perannya yang mayoritas tampan dan cantik, telah memikat jutaan hati penonton Indonesia dan dunia, di berbagai level usia, terutama ibu-ibu, perempuan dewasa serta remaja. Drama dan film asal Korea Selatan dapat mudah diakses melalui aplikasi Netflix, Vidio, Genflix, Viu dan lain-lainnya, tentu harus berlangganan atau berbayar, sebagian dapat ditonton gratis.

Saya coba memahami, mengapa para perempuan Indonesia sangat menggemari drama dan film asal Korea Selatan ini? Selain alur cerita yang menarik, visual yang artistik, hingga aktor - aktrisnya tampan dan cantik. Tentu ini standar dalam industri hiburan dimanapun. Namun drama dan film dari negeri gingseng ini juga menawarkan imajinasi dan fantasi alias gaya fiksi yang berbeda dan kaya genre, dibandingkan produk-produk layar kaca Indonesia yang membosankan.

Penulis lepas Farida Indriastuti
Penulis: Farida IndriastutiFoto: Farida Indriastuti

Dalam glamour-nya industri hiburan Korea Selatan itu, kisah-kisah yang disajikan dalam drama selalu menampilkan sosok-sosok perempuan dalam posisi yang dimarginalkan, mengalami ketidakadilan gender, kekerasan domestik fisik dan verbal. Perempuan di semua status sosial dari kelas bawah, menengah hingga atas pernah mengalami nestapa itu. Contohnya, drama terbaru yang rilis di Viu, berjudul "Life Your Own Life” (2024).  Dalam drama ini, intrik keluarga terjadi di semua status sosial dari level menengah hingga atas, bagaimana seorang ibu di kelas menengah menanggung beban ekonomi keluarga, setelah suaminya minggat entah ke mana. Begitu juga bagi anak perempuan, harus menanggung biaya pendidikan kakak-kakak dan adik lelakinya. Di kelas atas pun, perempuan acap kali disingkirkan peran domestik dan sosialnya di masyarakat.

Sistem patriarki: realita di Korea Selatan

Gambaran alur cerita drama fiksi ini juga tak jauh dari kenyataan hidup masyarakat Korea Selatan yang masih sangat patriarki, kaum lelaki memiliki relasi kuasa dalam segala hal, mulai pengambilan keputusan di semua level; keluarga, masyarakat, korporasi hingga pemerintah. Pada 2022, the Ministry of Gender Equality and Family Korea Selatan melakukan survei dengan random sample 9.062 warga Korea Selatan yang berusia di atas 19 tahun., 65,9 persen responden adalah perempuan. Sebanyak 6,6 persen perempuan Korea Selatan mengalami kekerasan emosional, 3,7 persen mengalami kekerasan seksual, 1,3 persen mengalami kekerasan fisik dan 0,7 persen mengalami kekerasan ekonomi. Sedangkan KDRT yang dialami lelaki Korea Selatan 4,7 persen mengalami kekerasan emosional, 1 persen mengalami kekerasan fisik, 0,8 persen mengalami kekerasan seksual dan 0,2 persen mengalami kekerasan ekonomi. 

Bahkan The Korea Herald pada Juli 2023 menulis artikel dengan judul "South Korea: Government Survey Shows More than 90 % of Domestic Violence Never Seek Help.” Berdasar hasil survei pemerintah Korea Selatan pada Juli 2022, lebih 90 persen korban yang mengalami kekerasan domestik tidak pernah melawan dan tidak meminta bantuan dari luar, seperti lembaga resmi  atau organisasi pendukung korban.  Kekerasan domestik yang dilakukan pasangan itu termasuk kekerasan fisik, seksual, emosional dan ekonomi. Hanya 1,2 persen korban yang meminta bantuan pada hotline KDRT nasional untuk perempuan, 0,8 persen meminta bantuan pada polisi dan 0,3 persen meminta bantuan pada pusat konseling KDRT lainnya. Pemerintah Korea Selatan melakukan survei secara rutin dan berturut-turut, yakni survei tiga tahunan mengenai KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga. 

Fakta itu juga dapat ditemui dalam kisah-kisah drama Korea Selatan, betapa mirisnya perempuan sering dimarginalkan. Meski korban KDRT tidak melulu bergender perempuan, lelaki pun menjadi korban juga. The Korea Times menulis artikel "Half of Koreans have Wrong Perception of Domestic Violence” pada Januari 2024. Di Korea Selatan, satu dari dua orang dewasa secara keliru percaya, bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya bukanlah merupakan tindakan KDRT. Sebaliknya, 94,1 persen responden berpendapat, hanya tindakan KDRT yang dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya yang merupakan tindakan KDRT. Dukungan dan studi analisis terhadap korban KDRT juga dilakukan oleh lembaga independen seperti, the Korean Women's Development Institute. Ditemukan hanya 12,2 persen warga Korea Selatan yang memahami dengan baik tentang definisi KDRT.

Akibat salah persepsi dalam menilai korban berdasarkan gender, sistem dukungan korban KDRT di Korea Selatan, menurut the Korean Women's Development Institute,  hanya terfokus pada korban perempuan. Dengan rendahnya laporan dari korban KDRT,  justru menyulitkan  korban-korban kekerasan lainnya yang juga layak didampingi, termasuk lansia, disabilitas dan anak-anak.

Jutaan penggemar dibius budaya Korea Selatan

Terlepas dari realita dan latar belakang KDRT dalam keseharian, kebudayaan Korea Selatan tetap mampu ‘membius' penggemarnya di seluruh dunia dengan K-pop, K-drama, K-movie. Namun di latar belakangnya juga menggambarkan situasi yang kritis dengan tewasnya banyak pesohor Korea Selatan yang memilih bunuh diri, karena beban psikologis di lingkaran industri hiburan Korea Selatan.

Juga harus diakui, peran pemerintah Korea Selatan yang sangat mendukung industri hiburannya, untuk meraup pemasukan devisa negara dengan menyuntikkan dana jutaan dolar.

Bagaimana pun kisah muram di baliknya, industri hiburan Korea Selatan terbukti berhasil memikat sekaligus mengikat penggemarnya di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia yang memiliki fans fanatik juga. Tak bisa dinafikan, saya sebagai perempuan juga menggemari ketampanan para aktor Korea Selatan seperti, Lee Min-Ho, Kim Seon Ho, Jung Hae In, Ji Chan Wook, Lee Dong Wook, Lee Joon Gi, Park Hyung Sik, Rowon, Cha Eun Woo, Nam Joo Hyuk dan lainnya.

@faridaindria, penulis dan pewarta foto, gemar keliling Indonesia untuk meneliti dan mendokumentasikan beragam aspek kehidupan.

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

Jangan ketinggalan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.