1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeRusia

Teror di Rusia: Sekolah Beslan Sampai Gedung Konser Moskow

Natalya Smolentceva
26 Maret 2024

Berbagai serangan teror di Rusia telah menewaskan ratusan orang selama 25 tahun terakhir. Aparat keamanan sering terlambat mengantisipasi ancaman teror, lalu melakukan aksi balasan yang brutal.

https://p.dw.com/p/4e7jK
Pasukan khusus Rusia masuk ke Gedung Konser Crocus di Moskow
Pasukan khusus Rusia masuk ke Gedung Konser Crocus di Moskow, 22 Maret 2024Foto: Sergei Vedyashkin/AP Photo/picture alliance

Serangan ke gedung konser di Moskow menjadi aksi teroris paling mematikan di Rusia dalam dua puluh tahun terakhir. Padahal sebelumnya sudah ada peringatan dari dinas rahasia AS kepada Moskow tentang adanya potensi serangan teror. Tapi Presiden Putin menganggap peringatan itu hanya "provokasi Barat” saja untuk menjelek-jelekan Rusia.

Setelah aksi teror yang menewaskan lebih 130 orang itu terjadi, Vladimir Putin malah menyalahkan Ukraina berada di balik serangan itu, tanpa menunjukkan bukti-bukti. Setelah ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu, selama beberapa hari media-media di Rusia tetap berspekulasi tentang kemungkinan Ukraina atau Barat berada di balik serangan itu.

Setelah ISIS menyebarkan foto-foto dari lokasi serangan, Putin akhirnya mengakui kelompok "militan Islam” yang menyerang gedung konser, sambil tetap menunjuk ke Ukraina. Menurut Putin, para teroris bermaksud melarikan diri ke Ukraina setelah melakukan serangan itu.

Dalam 25 tahun terakhir, Rusia telah menyaksikan beberapa serangan besar teroris. Beberapa di antaranya dilakukan kelompok fanatik bermotivasi agama, ada juga yang dilakukan oleh kelompok separatis dengan tuntutan politik, seperti yang terjadi di Chehnya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pengeboman apartemen tahun 1999

September 1999 terjadi rangkaian ledakan di blok apartemen di Moskow; Buynaksk (Republik Dagestan) dan Volgodonsk, di Rusia selatan. Rangkaian ledakan tersebut itu menewaskan lebih dari 300 orang, 1.700 orang lain cidera.

Kremlin menyalahkan milisi Chechnya melakukan serangan tersebut. Tetapi beberapa pihak meragukan keterangan itu. Beberapa jurnalis dan analis Rusia percaya bahwa ledakan itu kemungkinan justru diatur oleh badan intelijen Rusia sendiri, untuk melegitimasi serangan besar-besaran ke Chehnya.

Pengeboman blok apartemen memang dijadikan alasan untuk mengirimkan pasukan dan melancarkan Perang Chechnya Kedua. Rangkaian bom apartemen juga berhasil mendongkrak popularitas Vladimir Putin, yang saat itu menjabat perdana menteri, dan sedang mempersiapkan pencalonannya dalam pemilihan presiden.

Putin says Islamists behind concert hall attack

Penyanderaan di Teater Dubrovka di Moskow, 2002

Pada bulan Oktober 2002, militan bersenjata Chechnya menyerbu Teater Dubrovka yang ramai di pusat kota Moskow saat pertunjukan musikal populer "Nord-Ost." Lebih dari 900 penonton dan pemain disandera. Para penyerang menuntut penarikan pasukan Rusia dari Chechnya.

Setelah tiga hari negosiasi, pasukan khusus Rusia menyerbu gedung tersebut, diawali dengan melepaskan gas beracun ke auditorium. Semua 40 penyandera tewas. Sekitar 130 sandera tewas, dan beberapa ratus lainnya cidera, sebagian besar disebabkan oleh efek gas beracun dan keterlambatan bantuan medis. Sampai saat ini, tidak diungkapkan gas beracun apa yang digunakan pasukan elit Rusia dalam serangan itu.

Setelah serangan ke Teater Dubrovka, parlemen Rusia Duma mengesahkan undang-undang anti-terorisme yang ketat, termasuk sensor terhadap media dan represi terhadap warga Cehnya di Moskow.

Penyanderaan sekolah di Beslan 2004

Aksi terorisme paling miris terjadi tanggal 1 September 2004 di Beslan, Osetia Utara bertepatan dengan hari pertama persekolahan. Penyerang yang disebut sebagai milisi Chehnya pimpinan Shamil Basayev menyandera lebih 1.100 orang, 777 diantaranya anak-anak siswa sekolah. Tuntutan para penyandera, tarik mundur pasukan Rusia dan Chehnya, dan mengakui kemerdekaan kawasan itu.

Pemerintah Rusia menolak berunding, dan tiga hari kemudian menyerbu gedung sekolah tempat penyanderaan, setelah teroris meledakkan bom di dalam sekolah. Namun saksi mata melaporkan, ledakan bom terjadi setelah pasukan Rusia mulai melancarkan tembakan dari luar gedung sekolah.

Apapun yang terjadi saat itu, faktanya 31 penyandera dan 334 sandera tewas, 183 diantara korban tewas adalah anak-anak murid sekolah. Sepuluh hari setelah insiden, presiden Putin mengumumkan pembatalan pemilu regional untuk memilih langsung gubernur di Chehnya demi merampingakn administrasinya dan meningkatkan kemampuan memerangi terorisme.

(hp/as)