1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PerdaganganCina

Cina Gunakan Pendekatan Halus Kepada Australia

Yuan Dang
25 Maret 2024

Vonis mati terhadap seorang warga Australia dan amandemen UU Dasar Hong Kong membayangi kunjungan Menteri Luar Negeri Wang Yi ke Canberra pekan lalu. Tapi Beijing bersikeras menemukan kesamaan dengan sekutu AS tersebut.

https://p.dw.com/p/4e5ML
Pertemuan Cina-Australia di Canberra
Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, (ka.) bersama Menlu Australia, Penny Wong (ki.)Foto: David Gray/AFP/Getty Images

Abad ke-21 akan menjadi abad Pasifik. Sebab itu pula, Beijing dan Canberra kini mengupayakan hidup berdampingan di "samudera yang damai".

Hubungan bilateral kedua negara sudah merenggang sejak sebelum Perdana Menteri Anthony Albanese terpilih pada tahun 2022 silam.

Lebih dari setahun setelah menjabat, di awal musim gugur 2023, dia melawat ke Cina bersama Menteri Luar Negeri Penny Wong untuk meredakan ketegangan. Untuk alasan yang sama terakhir kali Wang Yi berkunjung ke Australia adalah pada tahun 2017.

Tujuh tahun kemudian, Menlu Wang Yi kembali mendarat di Canberra, dalam misi mempersiapkan kunjungan Perdana Menteri Li Qiang tahun ini. Namun sulit bagi kedua pihak mengenyampingkan ragam perselisihan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Terlebih, akhir Februari lalu seorang penulis Australia berdarah Cina dipidana hukuman mati akibat spionase. Meski kini ditangguhkan, vonis terhadap Yang Hengjun ditengarai beraroma politik, karena sikapnya yang acap kritis terhadap Partai Komunis di Beijing.

"Australia sangat terkejut mendengar pengumuman vonis mati di Cina," kata Menlu Penny Wong setelah bertemu dengan Wang Yi, pekan lalu. "Pemerintah Australia akan terus berusaha membebaskan Yang."

Kritik juga dilayangkan terhadap amandemen Hukum Dasar Hong Kong untuk memberangus kritik dan oposisi terhadap Cina. Menurut Wong, legislasi itu akan "semakin meredupkan hak sipil dan kebebasan," warga. Langkah itu melanggar komitmen internasional Cina dan akan "menciptakan dampak yang luas."

Jerman Ingin Saingi Cina di Bidang Kendaraan Bermotor

Perdagangan sebagai umpan

Sebagaimana Selandia Baru, yang menjadi stasiun pertama lawatan Wang Yi pekan lalu, Australia pun adalah anggota aliansi intelijen "Lima Mata," bersama Amerika Serikat, Inggris dan Kanada. Kelima negara disatukan oleh kekhawatiran serupa terhadap kebangkitan Cina. Tapi terlepas dari perseteruan geopolitik, Cina dan semua rivalnya di Pasifik dihubungkan oleh kepentingan ekonomi.

"Yu Zhong Guo mi qie guan xi fu he ao da li ya guo jia li yi," kata Anthony Albanese kepada perwakilan bisnis Cina dalam bahasa Mandarin, 2018 silam. Saat itu dia berkunjung sebagai wakil Partai Buruh, ALP. Kalimat yang diucapkan Albanese berarti, "perbaikan hubungan dengan Cina sudah menjadi kepentingan nasional Australia."

Menlu Cina Wang Yi kini menggunakan kepentingan ekonomi untuk melunakkan sikap Australia kepada Beijing. Sebelum lawatannya, Wang mengumumkan Cina akan mencabut hambatan dagang terakhir berupa pajak minuman anggur Australia.

Tarif tersebut dipatok setinggi 220 persen pada Maret 2021 oleh Beijing sebagai hukuman atas manuver Canberra menuntut penyelidikan internasional terhadap asal usul Covid-19 di Wuhan, Cina.

Saat ini, Australia mencatatkan 80 persen surplus perdagangan dengan berbisnis di Cina. "Kami sangat bangga atas lobster dan daging sapi kami," kata Wong. "Akan juga menguntungkan bagi konsumen di Cina jika produk-produk ini bisa diimpor ke pasar dalam negeri tanpa hambatan," ujar politisi berdarah Tionghoa-Malaysia tersebut.

Latgab Militer ASEAN Pertama

Tuntutan menjaga jarak dengan AS

Beijing dituduh ingin memperluas kekuasaanya dengan taktik "adu domba" antara Australia dan AS. Dalam pertemuan dengan Wong di Canberra, Menlu Wang Yi mengimbau tuan rumah menjalankan "kebijakan luar negeri independen."

"Australia seyogyanya berpegang kepada prinsip kemerdekaan. Hubungan antara Cina dan Australia tidak ditujukan untuk merugikan pihak ketiga. Maka relasi ini tidak pula sebaiknya dipengaruhi atau bahkan diusik oleh pihak ketiga," kata dia tanpa menyebut Amerika.

"Hal yang paling penting dari pertemuan ini adalah stabilisasi hubungan diplomasi,” kata David Speers, jurnalis dari lembaga penyiaran publik Australia, ABC. "Saya pikir Beijing sudah mempunyai banyak manfaat, seperti mencabut pembatasan perdagangan."

Sepuluh tahun yang lalu, Australia dan Cina memutuskan "kemitraan strategis komprehensif”. Wang kini ingin mengisi kemitraan ini dengan konten baru. "Cina dan Australia berhasil mencairkan suasana melalui upaya bersama. Kita sekarang harus bekerja sama untuk menjadikan kemitraan ini lebih matang, stabil, dan bermanfaat.”

Namun optimisme Wang Yi bertepuk sebelah tangan."Cina tetaplah Cina, Australia tetaplah Australia," timpal Menlu Australia Wong, yang mengulangi pernyataan tersebut sebanyak dua kali pada jumpa pers di Canberra.

rzn/hp