1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAmerika Serikat

XBB.1.5 Diprediksi Jadi Subvarian Utama COVID-19 Berikutnya

Fred Schwaller
7 Januari 2023

Diperkirakan separuh dari kasus COVID-19 di Amerika Serikat saat ini dipicu varian XBB.1.5 yang telah menyebar ke seluruh dunia. Menurut data awal, subvarian ini tidak lebih mematikan dari Omicron.

https://p.dw.com/p/4Lo6A
Di Washington DC, orang-orang tanpa masker naik kereta
Subvarian baru Omicron XBB.1.5 menyebar dengan cepat di ASFoto: Alex Wong/Getty Images

Subvarian terbaru virus corona XBB.1.5 menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dan menjadi penyebab dari lebih 41% kasus positif COVID-19 pada akhir Desember 2022.

"Pada awal Desember, baru sekitar 2% kasus di AS disebabkan oleh XBB.1.5. Sekarang di awal Januari, mungkin prevalensinya lebih dari 50%," Paul Hunter, seorang ahli epidemiologi di University of East Anglia, Inggris, mengatakan kepada DW.

XBB.1.5 juga dilaporkan telah menyebar dari Amerika Serikat ke seluruh dunia. Kasus infeksi subvarian virus corona XBB.1.5 ini juga sudah terdeteksi di beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Prancis, India, dan Singapura.

"Kemungkinan XBB.1.5 akan menjadi varian dominan di Eropa, bahkan mungkin pada akhir Januari. Namun, kami akan mampu mengatasinya, tidak diragukan lagi," kata Hunter.

XBB.1.5 menular dengan lebih mudah

XBB.1.5 merupakan subvarian Omicron yang saat ini menjadi varian yang dominan secara global. XBB.1.5 adalah subvarian "rekombinan" dari Omicron, artinya mengandung materi genetik dari subvarian virus corona yang berbeda.

"Sejak kami pertama kali menemukan XBB beberapa bulan yang lalu, varian itu telah melakukan mutasi berkali-kali. XBB.1.5 telah mengembangkan mutasi yang lebih baik, dalam menghindari kekebalan tubuh," kata Hunter.

Dua perempuan mengenakan masker di Athena, Yunani
Masker membantu mengurangi penyebaran subvarian XBB.1.5Foto: Angelos Tzortzins/AFP

XBB.1.5 masih bisa dinetralkan oleh sel-sel kekebalan tubuh, kata Hunter, tetapi sistem kekebalan juga tidak mengenalinya.

"Sistem kekebalan membutuhkan waktu lebih lama untuk memutuskan antibodi mana yang akan diproduksi untuk menghentikan reproduksi partikel virus XBB.1.5. Itu penting karena seberapa parah sakit Anda, tergantung pada seberapa banyak virus yang beredar di dalam tubuh Anda," kata Michael Head, seorang ahli epidemiologi di Universitas Southampton di Inggris.

Dengan respons imun yang lebih lambat, XBB.1.5 memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan reproduksi, dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya gejala COVID-19.

Diprediksi tidak lebih mematikan

Indikasi awal di Amerika Serikat menunjukkan, subvarian XBB.1.5 tidak lebih mematikan daripada subvarian Omicron lainnya.

"Sumber yang kredibel di AS memberi tahu kami bahwa orang dengan varian XBB.1.5 tidak memiliki gejala COVID-19 yang lebih parah," kata Hunter.

Para ahli khawatir jika XBB.1.5 menyebar dengan cepat, jumlah orang dengan gejala parah yang mirip dengan orang-orang dari subvarian Omicron lainnya akan meningkat karena infeksi yang berat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya terus mengawasi infeksi dan data rumah sakit untuk melacak dampak subvarian pada pasien.

Anak-anak sekolah di Nepal mengantre untuk mendapatkan vaksin COVID-19
Vaksin membantu melindungi dari gejala parah XBB.1.5Foto: Navesh Chitrakar/REUTERS

Vaksin efektif terhadap XBB.1.5

Karena XBB.1.5 adalah subvarian dari Omicron, vaksinasi dan atau infeksi COVID-19 sebelumnya akan tetap memberikan kekebalan sistemik terhadap XBB.1.5.

"Vaksin masih memberi kita perlindungan yang sama dari gejala parah penyakit COVID  jika Anda terjangkit XBB.1.5. Namun, mungkin kita sedikit kurang terlindungi dari penularan XBB.1.5," kata Hunter.

Menurut para ahli, COVID-19 akan tetap ada, artinya subvarian seperti XBB.1.5 kemungkinan akan terus muncul.

"Serapan vaksinasi yang tinggi sangat penting untuk meminimalkan dampak COVID-19 sebagai masalah kesehatan masyarakat. Namun, dalam jangka panjang, kita benar-benar membutuhkan vaksin 'generasi kedua' yang melindungi dari infeksi dan penyakit dari semua varian virus corona," pungkas ahli epidemiologi Hunter.

(ha/as)